Monday, April 13, 2015

Psikoterapi - softskill (Bag. 3)



BAB III
Person Centered Therapy
(Rogers)

            Terapi ini disebut juga client-centered therapy (terapi yang berpusat pada pasien) atau terapi nondirektif. Teknik ini pada awalnya dipakai oleh Carl Rogers (1902-1987) pada tahun 1942. Sejak itu banyak prinsip Rogers yang dipakai dalam terapi diterima secara luas. Tetapi, teknik ini dipakai secara lebih terbatas pada terapi mahasiswa dan orang-orang dewasa muda lain yang mengalami masalah-masalah penyesuaian diri yang sederhana.
            Rogers mengemukakan enam syarat dalam proses terapi person-centered yang harus dipenuhi oleh terapis. Rogers menyatakan bahwa pasien akan mengadakan respons jika:
1. terapis menghargai tanggung jawab pasien terhadap tingkah lakunya sendiri
2. terapis mengakui bahwa pasien dalam dirinya sendiri memiliki dorongan yang kuat untuk menggerakkan dirinya ke arah kematangan (kedewasaan) serta independensi dan terapis menggunakan kekuatan ini dan bukan usaha-usahanya sendiri
3. menciptakan suasana yang hangat dan memberikan kebebasan yang penuh di mana pasien dapat mengungkapkan atau juga tidak mengungkapkan apa saja yang diinginkannya
4. membatasi tingkah laku tetapi bukan sikap misalnya pasien mungkin mengungkapkan keinginannya untuk memperpanjang pertemuan melampaui batas waktu yang telah disetujui, tetapi terapis tetap mempertahankan jadwal semula
5. terapis membatasi kegiatannya untuk menunjukkan pemahaman dan penerimaannya terhadap emosi-emosi yang sedang diungkapkan pasien yang mungkin dilakukannya dengan memantulkan kembali dan menjelaskan perasaan-perasaan pasien
6. terapis tidak boleh bertanya, menyelidiki, menyalahkan, memberikan penafsiran, menasehatkan, mengajarkan, membujuk, dan meyakinkan kembali  


Konsep Person Centered Therapy
          Hipotesis pokok terapi person-centered seperti yang dikemukakan oleh Meador dan Rogers adalah:
”potensi pertumbuhan dari individu akan dilepaskan dalam suatu hubungan di mana orang yang membantu mengalami dan mengkomunikasikan keaslian (realness), perhatian, dan pemahaman yang bersifat tidak mengadili dan sangat peka (1979:131)”.
            Meador-Rogers menambahkan :
Teori dasar terapi person-centered dapat dinyatakan secara sederhana dalam bentuk hipotesis “jika-maka”. Jika syarat-syarat tertentu ada dalam sikap-sikap dari orang yang disebut “terapis” dalam suatu hubungan, yakni keselarasan (congruence), penghargaan positif, dan pemahaman empatik, maka akan terjadi perubahan pertumbuhan dalam orang yang disebut “pasien” (1979:131)
            Konsep-konsep lain yang penting dalam terapi person-centered :
1. Self-concept (Konsep diri) mengenai konsepsi seseorang tentang dirinya
2. Ideal-self (Diri Ideal) mengenai self-concept yang ingin dimiliki seseorang (seseorang ingin menjadi apa)
3. Ketidakselarasan (Incongruence) antara diri dan pengalaman yaitu suatu celah yang ada antara self-concept seseorang dan apa yang dialaminya
4. Ketidakmampuan menyesuaikan diri secara psikologis psychological maladjustment). Hal ini terjadi apabila seseorang menyangkal atau mendistorsikan pengalaman-pengalamannya yang penting
5. Keselarasan antara diri dan pengalaman. Konsep seseorang tentang dirinya sendiri sesuai dengan apa yang dialaminya
6. Kebutuhan akan penghargaan positif (need for positive regard). Kebutuhan untuk dihargai dan dihormati oleh orang lain
7. Kebutuhan akan harga diri (need for self regard). Kebutuhan untuk menghargai diri sendiri


 Unsure Terapi
1. munculnya gangguan
   Model humanistik kepribadian, psikopatologi, dan psikoterapi awalnya menarik sebagian besar konsep-konsep dari filsafat eksistensial, menekankan kebebasan bawaan manusia untuk memilih, bertanggung jawab atas pilihan mereka, dan hidup sangat banyak pada saat ini. Hidup sehat di sini dan sekarang menghadapkan kita dengan realitas eksistensial menjadi, kebebasan, tanggung jawab, dan pilihan, serta merenungkan eksistensi yang pada gilirannya memaksa kita untuk menghadapi kemungkinan pernah hadir ketiadaan. Pencarian makna dalam kehidupan masing-masing individu adalah tujuan utama dan aspirasi tertinggi. Pendekatan humanistik kontemporer psikoterapi berasal dari tiga sekolah pemikiran yang muncul pada 1950-an, eksistensial, Gestalt, dan klien berpusat terapi.
2. Tujuan Terapi
                -  Menyajikan kondisi-kondisi untuk memaksimalkan kesadaran diri dan pertumbuhan.
            - Menghapus penghambat-penghambat aktualisasi potensi pribadi. membantu klien     menemukan dan menggunakan kebebasan memilih dan memperluas kesadaran diri.
    -  Membantu klien agar bebas dan bertanggung jawab atas arah kehidupan sendiri.
3. Peran Terapis
   Menurut Buhler dan Allen, para ahli psikoterapi Humanistik memiliki orientasi bersama yang mencakup hal-hal berikut :
•Mengakui pentingnya pendekatan dari pribadi ke pribadi
•Menyadari peran dan tanggung jawab terapis
•Mengakui sifat timbale balik dari hubungan terapeutik.
•Berorientasi pada pertumbuhan
              •Menekankan keharusan terapis terlibat dengan klien sebagai suatu pribadi yang menyeluruh.
•Mengakui bahwa putusan-putusan dan pilihan-pilihan akhir terletak di tangan klien.
           •Memandang terapis sebagai model, bisa secara implicit menunjukkan kepada klien potensi bagi tindakan kreatif dan positif.
          •Mengakui kebebasan klien untuk mengungkapkan pandagan dan untuk mengembangkan tujuan-tujuan dan nilainya sendiri.
•Bekerja kea rah mengurangi kebergantungan klien serta meningkatkan kebebasan klien.

(sumber : Semiun, Yustinus OFM. 2006. Kesehatan Mental 3. Yogyakarta. Kanisius (Anggota IKAPI)

No comments:

Post a Comment