BAB II
Terapi Humanistik
Orang-orang
yang dapat menyesuaikan diri dengan baik adalah orang-orang yang memilih dan
bertindak sesuai dengan nilai-nilai dan kebutuhan pribadinya. Pendekatan
humanistik Roger terhadap terapi Person
Centered Therapy membantu pasien untuk lebih menyadari dan memerima dirinya
yang sejati dengan menciptakan kondisi-kondisi penerimaan dan penghargaan dalam
hubungan terapeutik.
Spontanitas,
pentingnya emosi dan perasaan, hak-hak manusia untuk menentukan pilihan mereka
sendiri, dan kreativitas manusia merupakan dasar pendekatan humanistik pada
pembalajaran (Gage & Berliner, 1992; Pine, 1977). Motivasi berasal dari
kebutuhan seseorang, perasaan subjektif tentang dirinya sendiri, dan keinginan
untuk bertumbuh-kembang. Transfer pembelajaran difasilitasi oleh rasa ingin
tahu, konsep diri yang positif, dan situasi yang terbuka di mana orang
menghormati individualitas dan mempromosikan kebebasan untuk memilih.
Maslow
(1954), contributor utama pada teoi humanistik, mungkin sangat dikenal karena
mengidentifikasi hierarki kebutuhan, yang menurut pendapatnya memainkan peran
yang sangat penting dalam motivasi manusia. Di bagian dasar hierarki terdapat
kebutuhan fisiologi (makanan, kehangatan, tidur); kemudian di atasnya terdapat
kebutuhan akan rasa aman; kemudian kebutuhan untuk dimiliki dan dicintai;
diikuti dengan kebutuhan akan harga diri, kognitif, dan estetika. Bagian atas
dari hierarki adalah kebutuhan akan aktualisasi diri (memaksimalkan potensi
diri).
Di
samping kebutuhan pribadi, penganut humanistik berperndapat bahwa konsep dan
harga diri perlu dipertimbangkan dalam setiap situasi belajar. Ahli terapi Carl
Roger membantah bahwa yang sebenarnya diinginkan manusia adalah anggapan diri yang
positif tanpa syarat (perasaan dicintai tanpa pamrih). Prinsip humanistik yang
lain adalah bahwa perasaan dan emosi merupakan kunci dari pembelajaran,
komunikasi, dan pemahaman.
Teknik-teknik dalam Terapi
Humanistik
Terapi-terapi
psikodinamik cenderung memusatkan perhatian pada proses-proses tak sadar, seperti
konflik-konflik internal yang terletak di luar kesadaran. Sebaliknya,
terapi-terapi humanistic-eksistensial juga lebih memusatkan perhatian pada apa
yang dialami pasien pada masa-masa sekarang “di sini dan kini” dan bukan masa
lampau.
Sumber: Semiun, Yustinus OFM. 2006. Kesehatan Mental 3. Yogyakarta. Kanisius (Anggota IKAPI)
No comments:
Post a Comment