BAB III
Person Centered Therapy
(Rogers)
Terapi
ini disebut juga client-centered therapy (terapi
yang berpusat pada pasien) atau terapi nondirektif. Teknik ini pada awalnya dipakai
oleh Carl Rogers (1902-1987) pada tahun 1942. Sejak itu banyak prinsip Rogers
yang dipakai dalam terapi diterima secara luas. Tetapi, teknik ini dipakai
secara lebih terbatas pada terapi mahasiswa dan orang-orang dewasa muda lain
yang mengalami masalah-masalah penyesuaian diri yang sederhana.
Rogers
mengemukakan enam syarat dalam proses terapi person-centered yang harus dipenuhi oleh terapis. Rogers menyatakan
bahwa pasien akan mengadakan respons jika:
1. terapis menghargai tanggung jawab pasien terhadap
tingkah lakunya sendiri
2. terapis mengakui bahwa pasien dalam dirinya sendiri
memiliki dorongan yang kuat untuk menggerakkan dirinya ke arah kematangan
(kedewasaan) serta independensi dan terapis menggunakan kekuatan ini dan bukan
usaha-usahanya sendiri
3. menciptakan suasana yang hangat dan memberikan
kebebasan yang penuh di mana pasien dapat mengungkapkan atau juga tidak
mengungkapkan apa saja yang diinginkannya
4. membatasi tingkah laku tetapi bukan sikap misalnya
pasien mungkin mengungkapkan keinginannya untuk memperpanjang pertemuan
melampaui batas waktu yang telah disetujui, tetapi terapis tetap mempertahankan
jadwal semula
5. terapis membatasi kegiatannya untuk menunjukkan
pemahaman dan penerimaannya terhadap emosi-emosi yang sedang diungkapkan pasien
yang mungkin dilakukannya dengan memantulkan kembali dan menjelaskan
perasaan-perasaan pasien
6. terapis tidak boleh bertanya, menyelidiki, menyalahkan,
memberikan penafsiran, menasehatkan, mengajarkan, membujuk, dan meyakinkan
kembali
Konsep Person Centered Therapy
Hipotesis pokok terapi person-centered seperti yang dikemukakan
oleh Meador dan Rogers adalah:
”potensi pertumbuhan dari individu akan dilepaskan dalam
suatu hubungan di mana orang yang membantu mengalami dan mengkomunikasikan
keaslian (realness), perhatian, dan
pemahaman yang bersifat tidak mengadili dan sangat peka (1979:131)”.
Meador-Rogers
menambahkan :
Teori dasar terapi person-centered
dapat dinyatakan secara sederhana dalam bentuk hipotesis “jika-maka”. Jika
syarat-syarat tertentu ada dalam sikap-sikap dari orang yang disebut “terapis”
dalam suatu hubungan, yakni keselarasan (congruence),
penghargaan positif, dan pemahaman empatik, maka akan terjadi perubahan
pertumbuhan dalam orang yang disebut “pasien” (1979:131)
Konsep-konsep
lain yang penting dalam terapi person-centered
:
1. Self-concept
(Konsep diri) mengenai konsepsi seseorang tentang dirinya
2. Ideal-self (Diri
Ideal) mengenai self-concept yang
ingin dimiliki seseorang (seseorang ingin menjadi apa)
3. Ketidakselarasan
(Incongruence) antara diri dan pengalaman yaitu suatu celah yang ada antara
self-concept seseorang dan apa yang
dialaminya
4. Ketidakmampuan
menyesuaikan diri secara psikologis psychological maladjustment). Hal ini
terjadi apabila seseorang menyangkal atau mendistorsikan
pengalaman-pengalamannya yang penting
5. Keselarasan
antara diri dan pengalaman. Konsep seseorang tentang dirinya sendiri sesuai
dengan apa yang dialaminya
6. Kebutuhan akan penghargaan positif (need for positive regard). Kebutuhan
untuk dihargai dan dihormati oleh orang lain
7. Kebutuhan akan harga diri (need for self regard). Kebutuhan untuk menghargai diri sendiri
Unsure Terapi
1. munculnya gangguan
Model humanistik kepribadian, psikopatologi, dan psikoterapi
awalnya menarik sebagian besar konsep-konsep dari filsafat eksistensial,
menekankan kebebasan bawaan manusia untuk memilih, bertanggung jawab atas
pilihan mereka, dan hidup sangat banyak pada saat ini. Hidup sehat di sini dan
sekarang menghadapkan kita dengan realitas eksistensial menjadi, kebebasan,
tanggung jawab, dan pilihan, serta merenungkan eksistensi yang pada gilirannya
memaksa kita untuk menghadapi kemungkinan pernah hadir ketiadaan. Pencarian
makna dalam kehidupan masing-masing individu adalah tujuan utama dan aspirasi
tertinggi. Pendekatan humanistik kontemporer psikoterapi berasal dari tiga
sekolah pemikiran yang muncul pada 1950-an, eksistensial, Gestalt, dan klien
berpusat terapi.
2. Tujuan Terapi
-
Menyajikan kondisi-kondisi untuk memaksimalkan kesadaran diri dan
pertumbuhan.
- Menghapus penghambat-penghambat aktualisasi potensi
pribadi. membantu klien menemukan dan menggunakan
kebebasan memilih dan memperluas kesadaran diri.
- Membantu klien agar bebas dan bertanggung jawab atas
arah kehidupan sendiri.
3. Peran Terapis
Menurut Buhler dan Allen, para ahli psikoterapi Humanistik
memiliki orientasi bersama yang mencakup hal-hal berikut :
•Mengakui pentingnya pendekatan dari pribadi ke pribadi
•Menyadari peran dan tanggung jawab terapis
•Mengakui sifat timbale balik dari hubungan terapeutik.
•Berorientasi pada pertumbuhan
•Menekankan keharusan terapis terlibat dengan klien sebagai
suatu pribadi yang menyeluruh.
•Mengakui bahwa putusan-putusan dan pilihan-pilihan akhir
terletak di tangan klien.
•Memandang terapis sebagai model, bisa secara implicit
menunjukkan kepada klien potensi bagi tindakan kreatif dan positif.
•Mengakui kebebasan klien untuk mengungkapkan pandagan dan
untuk mengembangkan tujuan-tujuan dan nilainya sendiri.
•Bekerja kea rah mengurangi kebergantungan klien serta
meningkatkan kebebasan klien.
(sumber : Semiun, Yustinus OFM. 2006. Kesehatan
Mental 3. Yogyakarta. Kanisius (Anggota IKAPI)